Selasa, 03 April 2012

Gangguan Saat Anda Tidur Berkaitan dengan Depresi Anda

Wanita dengan gangguan tidur, yakni napasnya pendek atau terhenti sebentar selama tidur, ternyata 5,2 kali lebih cenderung mengalami depresi dibandingkan dengan wanita lain yang tidak mengalami gangguan tidur. Sementara pria yang mengalami gangguan tidur 2,4 kali lebih cenderung untuk mengalami depresi ketimbang pria yang tidak mengalaminya. Hal tersebut merupakan hasil penelitian dari para ilmuwan di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika.

Dalam penelitian tersebut, para relawan yang juga mengalami gangguan pernapasan lain selama tidur juga berisiko tinggi terkena depresi. Namun para ilmuwan tidak menemukan kecenderung peningkatan risiko depresi pada mereka yang mendengkur.

“Mendengus, terengah-engah atau berhenti bernapas saat tidur diasosiasikan dengan hampir semua gejala depresi, termasuk perasaan putus asa dan merasa seperti gagal,” kata peneliti Anne Wheaton, seorang epidemiologis di CDC seperti dikutip situs LiveScience Edisi 30 Maret 2012.

Menurut para peneliti, baik depresi maupun masalah pernapasan selama tidur adalah sesuatu yang biasa dan keduanya kerap kali tidak terdiagnosis. Mereka menambahkan, penyaringan terhadap orang yang mengalami gangguan akan bermanfaat untuk membantu pengobatan yang lebih baik.

Para peneliti memasukkan faktor-faktor lain yang kemungkinan berpengaruh para hasil riset seperti usia, jenis kelamin dan berat badan. Menurut para ilmuwan, hasilnya sesuai dengan hasil penelitian yang lain. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Sleep edisi April 2012.

Penelitian ini menemukan sebuah hubungan, tetapi bukan link sebab-akibat. Namun, para peneliti menuliskan bukti dari penelitian lain yang menunjukkan bahwa masalah pernapasan selama tidur berkontribusi pada perkembangan depresi.



Sebagai contoh, sebuah penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara kerasnya masalah pernapasan selama tidur dengan perkembangan depresi yang aneh di kemudian hari. Studi-studi yang lain menunjukkan bahwa mereka yang menjalani  pengobatan untuk mengatasi gangguan tidurnya mengalami perbaikan kondisi depresi mereka.

“Profesional bidang kesehatan mental sering bertanya mengenai masalah tidur seperti tidur yang tidak menyegarkan dan insomnia, tetapi cenderung tidak menyadari bahwa (gangguan pernapasan saat tidur) kemungkinan mempunyai dampak pada kesehatan mental pasien mereka,” ungkap para peneliti dalam kesimpulannya.

Meskipun tidak diketahui dengan jelas hubungan antara keduanya, namun hal tersebut bisa dijelaskan dengan kenyataan bahwa mereka yang mengalami gangguan pernapasan, tidurnya terpotong atau kemungkinan karena kurangnya oksigen dalam darah selama tidur.



Sumber : Tempo.co

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More